Dalam konteks ini, kreativitas mengacu pada dua komponen penting sebagai perbedaan individu, yaitu keaslian (orisinalitas) dan kecerdasan (ingenuity). Sebagai individu yang kreatif, seseorang harus menghasilkan ide atau perilaku yang secara jelas bersifat asli—baru, mengejutkan, atau tidak biasa. Namun, keaslian itu sendiri tidak menjelaskan sepenuhnya kreativitas. Ide atau perilaku yang relevan juga harus bersifat adaptif. Keaslian individu harus memberikan kontribusi positif baik pada kehidupan dirinya sendiri maupun kehidupan orang lain. Ini harus berbicara kepada audiens, bukan solipsisme. Perlu diapresiasi bahwa suatu perilaku atau ide mungkin bersifat adaptif tanpa harus benar-benar original. Kreativitas yang didefinisikan demikian memenuhi kriteria kekuatan karakter.
Kriteria 1: Fulfilling (Memuaskan)
Secara definisi, kreativitas dalam berbagai bentuknya memberikan kepuasan. Meskipun kekayaan dan pujian mungkin mengikuti beberapa tindakan kreatif tertentu, namun konsekuensi-konsekuensi tersebut mungkin bukan alasan utama orang mengejarnya pada awalnya atau bahkan melanjutkannya. Aktivitas kreatif memberikan kebahagiaan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif, seperti seni atau musik, didorong oleh motivasi intrinsik. Bahkan, seseorang yang berhasil menyelesaikan masalah praktis sekalipun, seperti "Einstein dengan selotip," merasa bangga atas pencapaiannya, di luar sekadar merumuskan solusi untuk masalah yang dihadapi.
Kriteria 2: Morally Valued (Bernilai Moral)
Kreativitas memiliki nilai moral. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hasil kreatif dan dengan implikasinya, penciptanya, dianggap membawa keindahan, keanggunan, atau fungsi ke dalam dunia. Penciptaan sesuatu yang indah dianggap sebagai kebaikan moral karena mengangkat orang lain. Dalam kreativitas sehari-hari, kehidupan orang lain dapat menjadi lebih baik ketika inovasi itu tersebar. Contoh sederhana adalah kreativitas dalam menciptakan produk seperti Post-It.
Kriteria 3: Does Not Diminish Others ( Tidak Merugikan Orang Lain)
Kreativitas tidak merugikan orang lain. Dengan menuntut bahwa kreativitas bersifat adaptif, kita memastikan bahwa banyak orang mendapat manfaat ketika seseorang kreatif. Bahkan, satu orang kreatif dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan kreatif. Sebagai contoh, gerakan seni Impresionisme awalnya dimulai oleh beberapa seniman yang tidak dapat meyakinkan akademi untuk memajang lukisan-lukisan mereka, tetapi akhirnya menjadi gerakan yang berpengaruh sendiri.
Kriteria 4: Nonfelicitous Opposite (Lawan Kata yang Tidak Menyenangkan)
Lawan kata yang jelas dari kreatif adalah tidak diinginkan, seperti membosankan, monoton, tidak bercita rasa, dan sebagainya. Kreativitas sebagai kekuatan karakter memenuhi uji lawan kata ini dengan menyajikan sifat yang diinginkan, inovatif, dan menarik.
Kriteria 5: Traitlike (Berdasarkan Sifat)
Kreativitas bersifat traitlike, yang berarti orang dapat ditempatkan pada suatu kontinum keaslian, dan cenderung tetap di sana. Namun, perlu dicatat bahwa ada perbedaan antara kreativitas besar (seperti ditunjukkan oleh seniman dan ilmuwan terkenal) dan kreativitas sehari-hari atau kecerdasan. Kedua jenis kreativitas ini mungkin memiliki keterkaitan, dan penelitian masa depan diperlukan untuk memahami hubungan mereka.
Kriteria 6: Distinctiveness (Keunikkan)
Kreativitas tidak dapat diuraikan menjadi kekuatan karakter yang lain, meskipun dapat bercampur dengan banyak, jika tidak semua, kekuatan karakter lainnya. Seorang individu yang kreatif dan bersyukur mungkin menemukan cara baru namun tepat untuk mengungkapkan rasa terima kasih.
Kriteria 7: Paragons (Tokoh Teladan)
Ada tokoh-tokoh terkenal yang diakui sebagai paragon kreativitas, seperti Albert Einstein, Michelangelo, atau Walt Disney. Mereka mencerminkan keunggulan dalam kreativitas dan menjadi inspirasi untuk orang lain.
Kriteria 8: Prodigies (Anak Ajaib)
Terdapat juga prodigi-prodigi yang diakui, seperti Wolfgang Amadeus Mozart atau Anne Frank. Penting untuk memahami perbedaan antara keahlian teknis yang luar biasa dalam suatu domain dengan kreativitas yang luar biasa.
Kriteria 9: Selective Absence (Ketidakadaan Selektif)
Ketidakadaan keaslian, dengan definisi yang hampir pasti, umum. Hal ini bisa diidentifikasi sebagai konformitas. Namun, individu yang sepenuhnya tidak memiliki kreativitas dapat diidentifikasi dengan adanya keseragaman atau kebiasaan yang sangat klasik.
Kriteria 10: Institutions and Rituals (Institusi dan Ritual)
Ada banyak cara di mana masyarakat mencoba mendorong dan mengembangkan kreativitas, baik melalui kelas seni, pelajaran musik, lokakarya menulis kreatif, atau bentuk-bentuk lainnya. Dalam kreativitas sehari-hari, mungkin ada banyak contoh di sekitar kita, seperti saran-saran rumah tangga yang kreatif.
Keseluruhan, kreativitas memiliki dimensi yang luas dan mencakup berbagai aspek dari kehidupan dan individu.
